KATA PENGANTAR
Sejarah
desa merupakan warisan sejarah yang sangat menarik untuk dilestarikan karena
hampir semua peristiwa sejarah tentang desa berawal dari pedesaan. Desa sebagai kesatuan
teritorial dan administratif yang terkecil di Indonesia, memiliki karakter tersendiri disebabkan masing-masing desa atau daerah terbentuk melalui proses sejarah
yang panjang dan berbeda-beda. Demikian halnya dengan Desa Pandemulyo Kecamatan
Bulu Kabupaten Temanggung.
Desa Pandemulyo
merupakan sebuah desa yang dulunya terdiri dari dua desa, yaitu Somokaton dan Tanjung
Anom. Wilayah Somokaton terdiri dari 5 Dusun yaitu Dusun Somokaton, Mulyo,
Krembyangan, Kemalangan dan Tangkil, sedangkan Desa Tanjung Anom terdiri dari
Dusun Pandean, Mangir, Diwek, Papringan, Celengan dan Kuncen. Yang digabungkan
menjadi satu mengambil dari dua nama dusun yaitu Pandean dan Mulyo.
Kehidupan
masyarakat kedua desa tersebut sampai tahun 1850 selalu hidup berdampingan
gemah ripah loh jinawi bercocok tanam tanaman padi dan palawija yang ditopang
dengan irigasi alami yang berasal dari kali Parangan untuk wilayah utara Desa
Somokaton dan Kali Pacar untuk Desa Tanjung Anom yang berada di wilayah selatan
Desa Tanjung Anom, sementara pertanian untuk wilayah perbatasan dari kedua desa
tersebut ditopang dengan adanya sumber
mata air Tuk Mulyo yang dulunya adalah sebuah telaga yang memiliki cerita
legenda tersendiri. Kemudian pada tahun 1850 terjadi pagebluk dan paceklik yang
berkepanjangan hingga mengakibatkan kekeringan karena sumber mata air tersebut
mengalami surut yang mengakibatkan
perebutan air terutama oleh masyarakat Dusun Mulyo dan Dusun Pandean. Hingga
menyebabkan hubungan yang tidak baik antara kedua dusun tersebut. bahkan hingga
sampai sekarang tidak ada satupun penduduk yang berbesanan atau menikah antar
kedua dusun tersebut.
Setelah adanya
penggabungan kedua desa tersebut menjadi Desa Pandemulyo Kehidupan sosial
budaya masyarakat sangat terjalin dengan
baik dan harmonis. Masyarakat menyadari bahwa hidup berdampingan dengan rukun
akan membawa dampak yang baik untuk kemajuan dan pembangunan Desa.
Alur cerita ini dibuat berdasarkan
cerita turun temurun yang diwariskan oleh para pemimpin terdahulu yaitu :
1. Almarhum Bpk. Somowijoyo
2. Almarhum Bpk. Supajar
3. Almarhum Bpk. Rumadi
1.
Asal Usul
Awal mula terjadinya Desa
Pandemulyo berawal dari cerita Desa Tanjung Anom dan Desa Somokaton. Tanjung Anom berasal dari dua suku kata kata yaitu
Tanjung yang berarti Duwur atau tinggi
dan Anom berarti Nom atau muda. Ringkasnya Desa Tanjung Anom itu memiliki makna
desa yang baru atau muda tapi memiliki keistimewaan dan kelebihan yang unggul
atau tinggi. Keberadaan Desa Tanjung Anom bermula saat Browijoyo beserta para
pengikutnya berselisih paham dengan anaknya yaitu Raden Patah. Salah satu
pengikut setia Browijoyo adalah Demang Lo. Kala itu peradaban islam masuk
ketanah jawa dan disebarkan oleh Raden Patah anak dari Browijoyo. Namun
Browijoyo beserta para pengikutnya termasuk Demang Lo tidak mau mengikuti
ajaran agama islam hingga akhirnya mereka dikejar-kejar oleh Raden Patah dan
pengikutnya. Dalam pelariannya Browijoyo melarikan diri ke Gunung Lawu
sementara Demang Lo melarikan diri ke Gunung Sumbing. Dalam pelariannya sampailah
Demang Lo ke perbukitan di Gunung Sumbing yaitu Gunung Butak. Dalam
persembunyiannya Demang Lo bersembunyi di Goa Gemantung yang berada dibawah
Gunung Butak. Dan melakukan tapa brata di sebuah telaga yang sekarang dikenal
dengan nama Tuk Mulyo. Kala itu wilayah Gunung Butak masih berupa hutan angker yang banyak dihuni oleh binatang buas
dan jin. Dalam pertapaannya Demang Lo didampingi oleh seekor singa yang menjadi
penjaganya. Hingga akhirnya Demang Low bersama para pengikutnya memutuskan
untuk tinggal di sebuah ketinggian yang berada di atas Goa Gemantung tersebut. Seiring
berjalannya tahun para pengikut Demang Lo semakin bertambah dan hidup menyebar
dibeberapa titik yang kemudian berkembang menjadi perkampungan.
Perkampungan-perkampungan tersebut sekarang dikenal dengan nama Dusun Pandean, Dusun
Celengan, Dusun Papringan, Dusun Diwek, Dusun
Mangir dan Dusun Kuncen untuk perkampungan yang berada disebalah selatan
telaga, sementara perkampungan-perkampungan yang berada di sebelaha utara
telaga terdiri dari Dusun Mulyo, Dusun Somokaton, Dusun Krembyangan, Dusun
Kemalangan dan Dusun Tangkil. Pada masa kekuasaannya kehidupan para pengikutnya
dipenuhi dengan kemakmuran dan kerukunan. Mereka selalu hidup berdampingan
sebagai petani. Dalam menggarap pertaniannya mereka mengandalkan kebutuhan air
dari telaga yang kala itu airnya cukup besar. Selain itu juga dari aliran sungai
yang mengalir dari gunung sumbing yaitu aliran kali parangan dan kali pacar.
Sampai pada akhirnya Demang Lo meninggal dan dimakamkan di puncak Gunung Butak
yang berada disebelah utara Dusun Kuncen.
Seiring dengan berjalannya waktu pada masa penjajahan Belanda, Pemerintah
Hindia Belanda membentuk pemerintahan desa yang wilayahnya berada di sebelah
utara telaga yaitu Dusun Mulyo, Dusun Somokaton, Dusun Krembyangan, Dusun
Kemalangan dan Dusun Tangkil dengan pusat pemerintahannya berada di Dusun
Somokaton dan memakai Nama Somokaton sebagai nama desa tersebut yaitu Desa
Somokaton. Sementara itu wilayah sebelah selatan telaga seiring dengan
bertambahnya penduduk akhirnya dibentuk pemerintahan desa yang
baru yang bernama Desa Tanjung Anom yang terdiri dari Dusun Pandean,
Dusun Celengan, Dusun Papringan, Dusun Diwek,
Dusun Mangir dan Dusun Kuncen. Dalam
perjalanannya kedua desa tersebut menjadi desa yang subur makmur dan selalu hidup
berdampingan. Sampai pada akhirnya Demang Lo meninggal dan dimakamkan Gunung
Butak. Kedua Desa tersebut selalu hidup berdampingan dengan mata pencaharian
sebagai petani dengan ditopang oleh aliran Telaga terutama masyarakat Dusun
Mulyo dan Dusun Pandean. Hingga pada sekitar tahun 1850 M terjadi bencana yang
tidak dapat dielakkan. Pagebluk merajalela dan paceklik atau kemarau yang berpanjangan
hingga menyebabkan sumber air yang ada
terutama telaga sangat kecil dan tidak mencukupi untuk kebutuhan bercocok tanam.
Kehidupan masyarakat menjadi sangatlah sulit dalam mencukupi kebutuhan
hidupnya. Hingga akhirnya terjadi perebutan air diantara antara kedua desa
tersebut yang mengakibatkan terjadi perselisihan yang berkepanjangan antara kedua
desa tersebut terutama masyarakat Dusun Mulyo dan Dusun Pandean yang memperebutkan
air yang berasal dari telaga tersebut. Hingga puncaknya pada tahun 1926
bentrokan tidak dapat dihindarkan lagi. Saat itu Desa Tanjung Anom dipimpin
oleh LURAH HARJO SUYONO dan Desa Somokaton dipimpin oleh LURAH SOMOWIJOYO. Dan
hingga akhirnya Pemerintah Hindia
Belanda mengambil keputusan untuk mengabungkan kedua desa tersebut menjadi satu
desa agar tidak ada lagi perselisihan yang terjadi dan ditetapkan nama
Pandemulyo sebagai nama desa yang diambilkan dari gabungan dua nama dusun yaitu
Pandean dan Mulyo, serta menetapkan
seorang pemimpin atau lurah untuk yang pertama kalinya yaitu LURAH NURYO
ATMOJO. kemudian untuk mengatasi masalah kekurangan air tersebut akhirnya
dibawah komando dari Pemerintah Hindia Belanda masyarakat berusaha untuk dapat mencari
sumber mata air yang baru dengan mendasarkan pada cerita tentang legenda terjadinya
telaga yang berda di wilayah desa tersebut. Menurut cerita bahwa aliran sumber
mata air telaga berasal dari Ndayan atau yang sekarang dikenal dengan Tuk
Budoyo. Berdasarkan cerita tersebut diketahui bahwa aliran air telaga mengalir
dari Ndayan menuju Telaga melalui puncak Gunung Butak dan turun sampai ke
telaga. Menurut cerita bahwa aliran mata air tersebut pernah mengalami
kebocoran disebelah selatan Dusun Tangkil hingga menyebabkan banjir hingga
akhirnya ditutuplah dengan batu besar yang disebut Watu Kasur. Semula
direncanakan untuk mencari sumber air baru dengan menggali tanah yang berada disebelah selatan Dusun
Kemalangan namun setelah dilakukan ritual/semedi akhirnya penggalian tersebut
tidak dilaksanakan karena dikhawatirkan aliran mata air tersebut dapat
menggenangi beberapa dusun yang berada dibawahnya. Hingga akhirnya pada malam
Jum’at Kliwon tanggal 21 bulan
Jumadi lakir tahun 1856 H atau tepatnya
pada tanggal 7 Januari 1926 dilakukan ritual ditelaga tersebut dan mendapatkan
wangsit agar dilakukan penggalian disekitar telaga tersebut. Akhirnya setelah
dilakukan penggalian usaha tersebut membuahkan hasil dengan keluarnya mata air
baru yang cukup besar dan sangat melimpah. Hingga akhirnya Pemerintah Hindia
Belanda membangun telaga tersebut dan
mengalirkan air tersebut untuk dibawa ke pusat pemerintahannya di Temanggung
denganmenggunakan Pipa Air. Bangunnan tersebut kemudian diberi nama oleh
Pemerintah Hindia Belanda dengan dengan nama Toek Mulyo. Sampai sekarang
bangunan tersebut masih ada dan masih dikelola oleh Pemkab Temanggung.
Akhir pemerintahan Lurah Pandemulyo pertama yaitu Bapak Nuryoatmojo yang menjabat berakhir sampai akhir jabatannya, kemudian digantikan oleh Bapak Supajar sebagai Lurah Pandemulyo kedua yang menjabat sampai tahun 1953, pada tahun 1953 diadakan pemilihan Lurah untuk yang pertama kali dengan 2 calon yaitu 1. Bapak Mulyono dan 2. Bapak Sunaryono. Dan yang terpilih dan ditetapkan menjadi Lurah adalah Bapak Mulyono yang menjabat dari tahun 1953 sampai dengan tahun 1975, Kemudian pada tahun tersebut terjadi kekosongan jabatanLurah yang kemudian ditetapkan Bapak Sastrodiwiryo sebagai YMT Lurah Desa Pandemulyo dan menjabat sampai dengan Tahun 1979, Pada tahun 1979 diadakan pemilihan Kades dengan calon sebanyak 4 orang yaitu pertama Bapak Mulyono, kedua Bapak Rumadi, ketiga Bapak Yatemorejo dan keempat Bapak Lulus. Dan yang terpilih dan ditetapkan menjadi Kepala Desa adalah Bapak Rumadi. Beliaumenjabat dari Tahun 1979 s/d tahun 1989, Tahun 1989 diadakan pemilihan Kades dengan 3 calon yaitu: pertama Bapak Rumadi, kedua Bapak Sucipto dan ketiga Bapak Turyono, Dan yang terpilih dan ditetapkan menjadi Kades adalah Bapak Rumadi kembali yang menjabat pada periode kedua dari Tahun 1989 s/d Tahun 1999, pada Tahun 1999 diadakan pemilihan Kades dengan 2 calon yaitu Bapak Rumadi dan Bapak Turyono. Dan yang terpilih dan ditetapkan menjadi Kades adalah Bapak Rumadi kembali dan menjabat pada periode ketiga dari Tahun 1999 s/d Tahun 2007, Tahun 2007 diadakan pemilihan Kades dengan 4 calon yaitu: 1. Bpk. Siswaji 2.Bpk. Sahono 3.Sdr. Maskuri 4.Sdr. Arip Ashari dan 5. Sdr. Suryadi. Dan yang terpilih dan ditetapkan menjadi Kades adalah Bapak Siswaji yang menjabat mulai bulan Juni tahun 2007 sampai dengan Tahun 2013. Pada tahun 2014 Bapak Siswaji mencalonkan kembali sebagai Calon tunggal dan terpilih sebagai Kepala Desa Pandemulyo yang menjabat pada periode kedua dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2019. Tahun 2019 dari bulan November terjadi kekosongan Kepala Desa sampai dengan bulan Februari 2020 Kemudian sesuai dengan SK Bupati Temanggung ditetapkan Bapak Drs. Adi Joko Proyono.S.Sos selaku Sekretaris Kecamatan Bulu sebagai Pemegang Jabatan (PJ) Kepala Desa Pandemulyo. Dan pada bulan Januari 2020 dilaksanakan kembali pemilihan Kades dengan 4 orang calon yaitu: 1.Bpk. Trisnano 2. Bpk. Eko Wahyudiyono 3.Bpk. Warsidi dan 4.Bpk. Siswaji (selaku Mantan Kepala Desa). Dan Bapak Siswaji terpilih dan ditetapkan kembali menjadi Kades Pandemulyo untuk Periode yang ketiga sampai dengan sekarang.
2. Keadaan Pemerintahan
Desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan NKRI.
Desa Pandemulyo merupakan salah satu desa diwilayah Kecamatan Bulu
Kabupaten Temanggung dengan luas wilyah 350,66 Ha, terletak pada ketinggian 725
M di atas permukaaan laut dengan suhu rata-rata 28 0 C. Adapun batas wilayah
Desa Pandemulyo adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara :
Malangsari dan Mondoretno Kec. Bulu
Sebelah Timur :
Danupayan Kec Bulu dan Gilingsari Kec.
Temanggung
Sebelah Selatan :
Candisari Kec. Tlogomulyo
Sebelah Barat :
Pagersari Kec. Tlogomulyo
Secara administrasi Desa Pandemulyo terbagi menjadi 11 (sebelas) Dusun
yang terbagi menjadi 11 (sebelas) Rukun Warga ( RW ) dan 23 (dua puluh tiga)
Rukun Tangga (RT) sebagaimana berikut:
NO |
NAMA DUSUN |
NAMA RW |
JUMLAH RT |
1 |
Dusun Mulyo |
RW 01 |
3 RT |
2 |
Dusun Somokaton |
RW 02 |
3 RT |
3 |
Dusun Krembyangan |
RW 03 |
3 RT |
4 |
Dusun Kemalangan |
RW 04 |
2 RT |
5 |
Dusun Tangkil |
RW 05 |
1 RT |
6 |
Dusun Kuncen |
RW 06 |
1 RT |
7 |
Dusun Celengan |
RW 07 |
2 RT |
8 |
Dusun Papringan |
RW 08 |
1 RT |
9 |
Dusun Diwek |
RW 09 |
3 RT |
10 |
Dusun Mangir |
RW 10 |
1 RT |
11 |
Dusun Pandean |
RW 11 |
3 RT |
|
JUMLAH |
11 RW |
23 RT |
Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, desa Pandemulyo mempunyai anggota Badan Permusyawaratan Desa
dan aparat pemerintah desa.
Organisasi Pemerintah Desa
Pandemulyo terdiri dari Kepala Desa,
Sekretaris Desa, 3 ( Tiga ) Kepala urusan/Kaur, 3 ( Tiga ) Kepala Seksi/Kasi,
dan 11 ( Sebelas ) Kepala Dusun/Kadus,
Dalam menjalankan pembangunan desa dibentuk
suatu lembaga kemasyarakatan seperi PKK, Karang Taruna dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat.
Lembaga kemasyarakatan bertugas membantu pemerintah desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat. Lembaga masyarakat berfungsi sebagai wadah
partisipasi dalam pengelolaan pembangunan agar terwujud demokratisasi dan
transparansi pembangunan pada tingkat masyarakat serta untuk mendorong, memotivasi, menciptakan akses
agar masyarakat lebih berperan aktif dalam
kegiatan pembangunan. Lembaga masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan
kebutuhan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat.
3. Keadaan Penduduk
Penduduk
desa Pandemulyo merupakan kelompok masyarakat yang termasuk dalam suku bangsa
jawa. Kehidupan penduduk desa Pandemulyo umumnya memiliki kehidupan yang sama
seperti penduduk desa pada umumnya. Kehidupan didasarkan pada norma-norma agama
dan nilai-nilai luhur Pancasila. Budaya serta adat istiadat juga tidak dapat
dipisahkan, karena memiliki peranan yang penting dalam kehidupan penduduk desa Pandemulyo.
Jumlah
penduduk Desa Pandemulyo pada tahun 2019
adalah 3.767 jiwa yang terdiri dari
Penduduk laki-laki sebanyak 1.903 jiwa
dan perempuan sebanyak 1.864 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1.253
KK.
Meskipun
penduduk desa Sarani Matani terdiri dari latar belakang yang berbeda-beda,
namun dalam kehidupan sehari-hari terlihat
adanya kerja sama yang baik. memiliki rasa tolong
menolong yang besar juga toleransi antara sesama anggota masyarakat. Kegiatan
tolong menolong atau gotong royong dilakukan dalam peristiwa duka maupun suka.
Jika salah satu anggota masyarakat mengadakan pesta ataupun acara syukuran,
anggota masyarakat lain pun dengan sukarela membantu baik yang pria dalam
membuat bangsal atau tenda maupun wanita dalam membantu memasak. Seperti halnya
jika anggota masyarakat mengalami kedukaan, masyarakat lainnya juga ikut membantu dalam berbagai hal sampai pemakaman. Bentuk-
bentuk kerja sama seperti itu masih
terpelihara dengan baik karena masing-masing anggota masyarakat juga
beranggapan bahwa mereka juga akan mengalami peristiwa duka maupun suka yang
nantinya akan membutuhkan bantuan.
Pengaruh
budaya serta adat istiadat yang diwariskan secara turun temurun juga tidak
terlepas dari kehidupan masyarakat desa. Penduduk desa Sarani Matani juga
terlibat dalam kegiatan rukun tetangga
Bentuk-bentuk
kerja sama, dan gotong royong dalam kehidupan diantara penduduk desa Pandemulyo
masih tetap terjaga dan terpelihara dengan baik karena masyarakat menyadari bahwa kehidupan yang berdampingan dengan
baik akan menciptakan suasana yang rukun dan damai.
4. Agama
Tingkat ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, penduduk desa Pandemulyo sebagian besar beragama Islam ( 99,2 %)
dan Budha ( 0,8 % ).
Sarana peribadatan yang di inventarisasi
meliputi Masjid dan Wihara. Pada tahun
2019 jumlah sarana peribadatan berupa Masjid 11 buah , Mushola 2 buah , dan
Wihara 1 buah.
5. Pendidikan
Dalam hal pendidikan masyarakat desa
Pandemulyo sangat antusias dalam upaya memberikan pendidikan yang layak untuk
anak-anaknya. Disamping itu tersedianya sarana pendidikan formal maupun non formal yang cukup memadai dalam rangka meningkatkan
kualitas peserta didik, Pemerintah Desa beserta warga masyarakat melakukan
peningkatan sarana pendidikan berupa rehabilitasi sarana pendidikan seperti
terlihat dalam tabel berikut:
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN TINGKAT
PENDIDIKAN
NO. |
TINGKAT PENDIDIKAN |
JUMLAH (jiwa) |
1 |
Tidak/Belum sekolah |
804 |
2 |
Belum tamat SD/Sederajat |
1.241 |
3 |
Tamat
SD dan sederajad |
901 |
4 |
Tamat
SLTP |
502 |
5 |
Tamat
SLTA |
268 |
6 |
Diploma
I/II |
8 |
7 |
Diploma
3/Sarjana Muda |
10 |
8 |
D IV/Strata I |
33 |
|
Jumlah |
3.767 |
JUMLAH SARANA PENDIDIKAN
NO |
SARANA PENDIDIKAN |
JUMLAH ( BUAH ) |
1 |
Taman Kanak-kanak/RA |
2 |
2 |
Paud |
1 |
3 |
SD |
1 |
4 |
MI |
1 |
5 |
Pondok Pesantren |
2 |
6 |
Perpustakaan Desa |
1 |
7 |
TPQ |
10 |
6. Mata Pencaharian
Setiap
masyarakat memiliki keinginan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
keluarga. Masing-masing memiliki keahlian dan keterampilan untuk mengusahakan
suatu pekerjaan. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi mata pencaharian
seseorang.
Sebagai
daerah Agraris, masyarakat Desa Pandemulyo sebagian besar mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Secara
keseluruhan, luas lahan pertanian maupun
perkebunan yang terdapat di Desa Pandemulyo ±310 ha. Lahan pertanian
tersebut selain dimiliki oleh masyarakat desa setempat, juga merupakan milik
dari masyarakat desa lainnya. Begitupun sebaliknya, sebagian masyarakat desa Pandemulyo
juga memiliki lahan pertanian atau perkebunan di desa lain, seperti di Desa Danupayan,
Desa Gilingsari, Desa Pagersari, dan sebagainya.
Untuk lebih
mengetahui lebih jelas tentang system mata pencaharian masyarakat Desa Pandemulyo,
dapat kita lihat dalam tabel berikut :
NO |
MATA PENCAHARIAN |
JUMLAH (jiwa) |
1 |
Tani |
1064 |
2 |
Butuh Tani |
739 |
3 |
Pengrajin |
25 |
4 |
Buruh bangunan |
116 |
5 |
Pedagang |
67 |
6 |
Pegawai Negeri dan Pensiunan |
24 |
7 |
TNI |
3 |
8 |
POLRI |
2 |
9 |
Pertambangan dan Penggalian |
13 |
10 |
Angkutan dan Jasa |
15 |
|
Jumlah |
2.069 |
Tuk Mulyo ( 1926)Situs Batu KasurMakam Demang Lo
PENUTUP
Demikian uraian
singkat mengenai sejarah Desa Pandemulyo yang dapat kami uraikan. Semoga dapat
menjadi acuan sejarah yang bernilai serta menjadi warisan nilai luhur budaya .
serta kedepan dapat menjadikan pembelajaran untuk para generasi muda yang ada
didesa Pandemulyo.