Sunday, January 17, 2021

SEJARAH DESA PANDEMULYO

 


KATA PENGANTAR

 

Sejarah desa merupakan warisan sejarah yang sangat menarik untuk dilestarikan karena hampir semua peristiwa sejarah tentang desa berawal dari pedesaan. Desa sebagai kesatuan teritorial dan administratif yang terkecil di Indonesia, memiliki karakter tersendiri disebabkan masing-masing desa atau daerah terbentuk melalui proses sejarah yang panjang dan berbeda-beda. Demikian halnya dengan Desa Pandemulyo Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung.

Desa Pandemulyo merupakan sebuah desa yang dulunya terdiri dari dua desa, yaitu Somokaton dan Tanjung Anom. Wilayah Somokaton terdiri dari 5 Dusun yaitu Dusun Somokaton, Mulyo, Krembyangan, Kemalangan dan Tangkil, sedangkan Desa Tanjung Anom terdiri dari Dusun Pandean, Mangir, Diwek, Papringan, Celengan dan Kuncen. Yang digabungkan menjadi satu mengambil dari dua nama dusun yaitu Pandean dan Mulyo.

Kehidupan masyarakat kedua desa tersebut sampai tahun 1850 selalu hidup berdampingan gemah ripah loh jinawi bercocok tanam tanaman padi dan palawija yang ditopang dengan irigasi alami yang berasal dari kali Parangan untuk wilayah utara Desa Somokaton dan Kali Pacar untuk Desa Tanjung Anom yang berada di wilayah selatan Desa Tanjung Anom, sementara pertanian untuk wilayah perbatasan dari kedua desa tersebut  ditopang dengan adanya sumber mata air Tuk Mulyo yang dulunya adalah sebuah telaga yang memiliki cerita legenda tersendiri. Kemudian pada tahun 1850 terjadi pagebluk dan paceklik yang berkepanjangan hingga mengakibatkan kekeringan karena sumber mata air tersebut mengalami surut  yang mengakibatkan perebutan air terutama oleh masyarakat Dusun Mulyo dan Dusun Pandean. Hingga menyebabkan hubungan yang tidak baik antara kedua dusun tersebut. bahkan hingga sampai sekarang tidak ada satupun penduduk yang berbesanan atau menikah antar kedua dusun tersebut.

Setelah adanya penggabungan kedua desa tersebut menjadi Desa Pandemulyo Kehidupan sosial budaya masyarakat sangat  terjalin dengan baik dan harmonis. Masyarakat menyadari bahwa hidup berdampingan dengan rukun akan membawa dampak yang baik untuk kemajuan dan pembangunan Desa.

            Alur cerita ini dibuat berdasarkan cerita turun temurun yang diwariskan oleh para pemimpin terdahulu yaitu :

1.    Almarhum Bpk. Somowijoyo

2.    Almarhum Bpk. Supajar

3.    Almarhum Bpk. Rumadi


1.    Asal Usul

Awal mula terjadinya Desa Pandemulyo berawal dari cerita Desa Tanjung Anom dan Desa Somokaton. Tanjung  Anom berasal dari dua suku kata kata yaitu Tanjung  yang berarti Duwur atau tinggi dan Anom berarti Nom atau muda. Ringkasnya Desa Tanjung Anom itu memiliki makna desa yang baru atau muda tapi memiliki keistimewaan dan kelebihan yang unggul atau tinggi. Keberadaan Desa Tanjung Anom bermula saat Browijoyo beserta para pengikutnya berselisih paham dengan anaknya yaitu Raden Patah. Salah satu pengikut setia Browijoyo adalah Demang Lo. Kala itu peradaban islam masuk ketanah jawa dan disebarkan oleh Raden Patah anak dari Browijoyo. Namun Browijoyo beserta para pengikutnya termasuk Demang Lo tidak mau mengikuti ajaran agama islam hingga akhirnya mereka dikejar-kejar oleh Raden Patah dan pengikutnya. Dalam pelariannya Browijoyo melarikan diri ke Gunung Lawu sementara Demang Lo melarikan diri ke Gunung Sumbing. Dalam pelariannya sampailah Demang Lo ke perbukitan di Gunung Sumbing yaitu Gunung Butak. Dalam persembunyiannya Demang Lo bersembunyi di Goa Gemantung yang berada dibawah Gunung Butak. Dan melakukan tapa brata di sebuah telaga yang sekarang dikenal dengan nama Tuk Mulyo. Kala itu wilayah Gunung Butak masih berupa hutan  angker yang banyak dihuni oleh binatang buas dan jin. Dalam pertapaannya Demang Lo didampingi oleh seekor singa yang menjadi penjaganya. Hingga akhirnya Demang Low bersama para pengikutnya memutuskan untuk tinggal di sebuah ketinggian yang berada di atas Goa Gemantung tersebut. Seiring berjalannya tahun para pengikut Demang Lo semakin bertambah dan hidup menyebar dibeberapa titik yang kemudian berkembang menjadi perkampungan. Perkampungan-perkampungan tersebut sekarang dikenal dengan nama Dusun Pandean, Dusun Celengan, Dusun Papringan,  Dusun Diwek, Dusun Mangir dan Dusun Kuncen untuk perkampungan yang berada disebalah selatan telaga, sementara perkampungan-perkampungan yang berada di sebelaha utara telaga terdiri dari Dusun Mulyo, Dusun Somokaton, Dusun Krembyangan, Dusun Kemalangan dan Dusun Tangkil. Pada masa kekuasaannya kehidupan para pengikutnya dipenuhi dengan kemakmuran dan kerukunan. Mereka selalu hidup berdampingan sebagai petani. Dalam menggarap pertaniannya mereka mengandalkan kebutuhan air dari telaga yang kala itu airnya cukup besar. Selain itu juga dari aliran sungai yang mengalir dari gunung sumbing yaitu aliran kali parangan dan kali pacar. Sampai pada akhirnya Demang Lo meninggal dan dimakamkan di puncak Gunung Butak yang berada disebelah  utara Dusun Kuncen. Seiring dengan berjalannya waktu pada masa penjajahan Belanda, Pemerintah Hindia Belanda membentuk pemerintahan desa yang wilayahnya berada di sebelah utara telaga yaitu Dusun Mulyo, Dusun Somokaton, Dusun Krembyangan, Dusun Kemalangan dan Dusun Tangkil dengan pusat pemerintahannya berada di Dusun Somokaton dan memakai Nama Somokaton sebagai nama desa tersebut yaitu Desa Somokaton. Sementara itu wilayah sebelah selatan telaga seiring dengan bertambahnya penduduk akhirnya dibentuk pemerintahan desa  yang  baru yang bernama Desa Tanjung Anom yang terdiri dari Dusun Pandean, Dusun Celengan, Dusun Papringan, Dusun Diwek,  Dusun Mangir dan Dusun Kuncen.  Dalam perjalanannya kedua desa tersebut menjadi desa yang subur makmur dan selalu hidup berdampingan. Sampai pada akhirnya Demang Lo meninggal dan dimakamkan Gunung Butak. Kedua Desa tersebut selalu hidup berdampingan dengan mata pencaharian sebagai petani dengan ditopang oleh aliran Telaga terutama masyarakat Dusun Mulyo dan Dusun Pandean. Hingga pada sekitar tahun 1850 M terjadi bencana yang tidak dapat dielakkan. Pagebluk merajalela dan paceklik atau kemarau yang berpanjangan hingga menyebabkan sumber air  yang ada terutama telaga sangat kecil dan tidak mencukupi untuk kebutuhan bercocok tanam. Kehidupan masyarakat menjadi sangatlah sulit dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Hingga akhirnya terjadi perebutan air diantara antara kedua desa tersebut yang mengakibatkan terjadi perselisihan yang berkepanjangan antara kedua desa tersebut terutama masyarakat Dusun Mulyo dan Dusun Pandean yang memperebutkan air yang berasal dari telaga tersebut. Hingga puncaknya pada tahun 1926 bentrokan tidak dapat dihindarkan lagi. Saat itu Desa Tanjung Anom dipimpin oleh LURAH HARJO SUYONO dan Desa Somokaton dipimpin oleh LURAH SOMOWIJOYO. Dan hingga akhirnya  Pemerintah Hindia Belanda mengambil keputusan untuk mengabungkan kedua desa tersebut menjadi satu desa agar tidak ada lagi perselisihan yang terjadi dan ditetapkan nama Pandemulyo sebagai nama desa yang diambilkan dari gabungan dua nama dusun yaitu Pandean dan Mulyo, serta  menetapkan seorang pemimpin atau lurah untuk yang pertama kalinya yaitu LURAH NURYO ATMOJO. kemudian untuk mengatasi masalah kekurangan air tersebut akhirnya dibawah komando dari Pemerintah Hindia Belanda masyarakat berusaha untuk dapat mencari sumber mata air yang baru dengan mendasarkan pada cerita tentang legenda terjadinya telaga yang berda di wilayah desa tersebut. Menurut cerita bahwa aliran sumber mata air telaga berasal dari Ndayan atau yang sekarang dikenal dengan Tuk Budoyo. Berdasarkan cerita tersebut diketahui bahwa aliran air telaga mengalir dari Ndayan menuju Telaga melalui puncak Gunung Butak dan turun sampai ke telaga. Menurut cerita bahwa aliran mata air tersebut pernah mengalami kebocoran disebelah selatan Dusun Tangkil hingga menyebabkan banjir hingga akhirnya ditutuplah dengan batu besar yang disebut Watu Kasur. Semula direncanakan untuk mencari sumber air baru dengan menggali  tanah yang berada disebelah selatan Dusun Kemalangan namun setelah dilakukan ritual/semedi akhirnya penggalian tersebut tidak dilaksanakan karena dikhawatirkan aliran mata air tersebut dapat menggenangi beberapa dusun yang berada dibawahnya. Hingga akhirnya pada malam Jum’at Kliwon  tanggal 21 bulan Jumadi  lakir tahun 1856 H atau tepatnya pada tanggal 7 Januari 1926 dilakukan ritual ditelaga tersebut dan mendapatkan wangsit agar dilakukan penggalian disekitar telaga tersebut. Akhirnya setelah dilakukan penggalian usaha tersebut membuahkan hasil dengan keluarnya mata air baru yang cukup besar dan sangat melimpah. Hingga akhirnya Pemerintah Hindia Belanda  membangun telaga tersebut dan mengalirkan air tersebut untuk dibawa ke pusat pemerintahannya di Temanggung denganmenggunakan Pipa Air. Bangunnan tersebut kemudian diberi nama oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan dengan nama Toek Mulyo. Sampai sekarang bangunan tersebut masih ada dan masih dikelola oleh Pemkab Temanggung.

Akhir pemerintahan Lurah Pandemulyo pertama yaitu Bapak Nuryoatmojo yang menjabat berakhir sampai akhir jabatannya, kemudian digantikan oleh Bapak Supajar sebagai Lurah Pandemulyo kedua yang menjabat sampai tahun 1953,  pada tahun 1953 diadakan  pemilihan Lurah untuk yang pertama kali  dengan 2 calon yaitu 1. Bapak Mulyono  dan 2. Bapak Sunaryono. Dan yang terpilih dan ditetapkan menjadi Lurah adalah Bapak Mulyono yang menjabat dari tahun 1953 sampai dengan tahun 1975, Kemudian pada tahun tersebut terjadi kekosongan jabatanLurah yang kemudian ditetapkan Bapak Sastrodiwiryo sebagai YMT Lurah Desa Pandemulyo dan menjabat sampai dengan Tahun 1979, Pada tahun 1979 diadakan pemilihan Kades dengan calon sebanyak 4 orang yaitu pertama Bapak Mulyono, kedua Bapak Rumadi, ketiga Bapak Yatemorejo dan keempat Bapak Lulus. Dan yang terpilih dan ditetapkan menjadi Kepala Desa adalah Bapak Rumadi. Beliaumenjabat dari Tahun 1979 s/d tahun 1989, Tahun 1989 diadakan pemilihan Kades dengan 3 calon yaitu: pertama Bapak Rumadi, kedua Bapak Sucipto dan ketiga Bapak Turyono, Dan yang terpilih dan ditetapkan menjadi Kades  adalah Bapak Rumadi kembali yang menjabat pada periode kedua dari Tahun 1989 s/d Tahun 1999, pada Tahun 1999 diadakan pemilihan Kades dengan 2 calon yaitu Bapak Rumadi dan Bapak Turyono. Dan yang terpilih dan ditetapkan menjadi Kades adalah Bapak Rumadi kembali dan menjabat pada periode ketiga dari Tahun 1999 s/d Tahun 2007, Tahun 2007  diadakan pemilihan Kades dengan 4 calon  yaitu: 1. Bpk. Siswaji 2.Bpk. Sahono 3.Sdr. Maskuri 4.Sdr. Arip Ashari dan 5. Sdr. Suryadi. Dan yang terpilih dan ditetapkan menjadi Kades adalah Bapak Siswaji yang menjabat mulai bulan Juni tahun 2007  sampai dengan Tahun 2013. Pada tahun 2014 Bapak Siswaji mencalonkan kembali sebagai Calon tunggal dan terpilih sebagai Kepala Desa Pandemulyo yang menjabat pada periode kedua dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2019. Tahun 2019 dari bulan November terjadi kekosongan Kepala Desa sampai dengan bulan Februari 2020 Kemudian sesuai dengan SK Bupati Temanggung ditetapkan Bapak Drs. Adi Joko Proyono.S.Sos selaku Sekretaris Kecamatan Bulu sebagai Pemegang Jabatan (PJ) Kepala Desa Pandemulyo. Dan pada bulan Januari 2020 dilaksanakan kembali pemilihan Kades dengan 4 orang calon yaitu: 1.Bpk. Trisnano 2. Bpk. Eko Wahyudiyono 3.Bpk. Warsidi dan 4.Bpk. Siswaji (selaku Mantan Kepala Desa). Dan Bapak Siswaji terpilih dan ditetapkan kembali menjadi Kades Pandemulyo untuk Periode yang ketiga sampai dengan sekarang.

2.   Keadaan Pemerintahan

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI.

Desa Pandemulyo merupakan salah satu desa diwilayah Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung dengan luas wilyah 350,66 Ha, terletak pada ketinggian 725 M di atas permukaaan laut dengan suhu rata-rata 28 0 C. Adapun batas wilayah Desa Pandemulyo adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara               : Malangsari dan Mondoretno Kec. Bulu

Sebelah Timur               : Danupayan Kec Bulu dan Gilingsari Kec.

                                       Temanggung

Sebelah Selatan           : Candisari Kec. Tlogomulyo

Sebelah Barat               : Pagersari Kec. Tlogomulyo

Secara administrasi Desa Pandemulyo terbagi menjadi 11 (sebelas) Dusun yang terbagi menjadi 11 (sebelas) Rukun Warga ( RW ) dan 23 (dua puluh tiga) Rukun Tangga (RT) sebagaimana berikut:

 

NO

NAMA DUSUN

NAMA RW

JUMLAH RT

1

Dusun Mulyo

RW 01

3 RT

2

Dusun Somokaton

RW 02

3 RT

3

Dusun Krembyangan

RW 03

3 RT

4

Dusun  Kemalangan

RW 04

2 RT

5

Dusun Tangkil

RW 05

1 RT

6

Dusun Kuncen

RW 06

1 RT

7

Dusun Celengan

RW 07

2 RT

8

Dusun Papringan

RW 08

1 RT

9

Dusun Diwek

RW 09

3 RT

10

Dusun Mangir

RW 10

1 RT

11

Dusun Pandean

RW 11

3 RT

 

JUMLAH

11 RW

23 RT

 

Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, desa Pandemulyo  mempunyai anggota Badan Permusyawaratan Desa dan aparat pemerintah desa.

Organisasi Pemerintah Desa Pandemulyo  terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, 3 ( Tiga ) Kepala urusan/Kaur, 3 ( Tiga ) Kepala Seksi/Kasi, dan 11 ( Sebelas ) Kepala Dusun/Kadus,

Dalam menjalankan pembangunan desa dibentuk suatu lembaga kemasyarakatan seperi PKK, Karang Taruna dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Lembaga kemasyarakatan bertugas membantu pemerintah desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat. Lembaga masyarakat berfungsi sebagai wadah partisipasi dalam pengelolaan pembangunan agar terwujud demokratisasi dan transparansi pembangunan pada tingkat masyarakat serta untuk mendorong, memotivasi, menciptakan akses agar masyarakat lebih berperan aktif dalam kegiatan pembangunan. Lembaga masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat.

3.    Keadaan Penduduk

Penduduk desa Pandemulyo merupakan kelompok masyarakat yang termasuk dalam suku bangsa jawa. Kehidupan penduduk desa Pandemulyo umumnya memiliki kehidupan yang sama seperti penduduk desa pada umumnya. Kehidupan didasarkan pada norma-norma agama dan nilai-nilai luhur Pancasila. Budaya serta adat istiadat juga tidak dapat dipisahkan, karena memiliki peranan yang penting dalam kehidupan penduduk desa Pandemulyo.

Jumlah penduduk Desa Pandemulyo  pada tahun 2019 adalah 3.767  jiwa yang terdiri dari Penduduk laki-laki sebanyak  1.903 jiwa dan  perempuan sebanyak 1.864 jiwa  dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1.253 KK.

Meskipun penduduk desa Sarani Matani terdiri dari latar belakang yang berbeda-beda, namun dalam kehidupan sehari-hari terlihat adanya kerja sama yang baik. memiliki rasa tolong menolong yang besar juga toleransi antara sesama anggota masyarakat. Kegiatan tolong menolong atau gotong royong dilakukan dalam peristiwa duka maupun suka. Jika salah satu anggota masyarakat mengadakan pesta ataupun acara syukuran, anggota masyarakat lain pun dengan sukarela membantu baik yang pria dalam membuat bangsal atau tenda maupun wanita dalam membantu memasak. Seperti halnya jika anggota masyarakat mengalami kedukaan, masyarakat lainnya juga ikut membantu dalam berbagai hal sampai pemakaman. Bentuk-

 bentuk kerja sama seperti itu masih terpelihara dengan baik karena masing-masing anggota masyarakat juga beranggapan bahwa mereka juga akan mengalami peristiwa duka maupun suka yang nantinya akan membutuhkan bantuan.

Pengaruh budaya serta adat istiadat yang diwariskan secara turun temurun juga tidak terlepas dari kehidupan masyarakat desa. Penduduk desa Sarani Matani juga terlibat dalam kegiatan rukun tetangga

Bentuk-bentuk kerja sama, dan gotong royong dalam kehidupan diantara penduduk desa Pandemulyo masih tetap terjaga dan terpelihara dengan baik karena masyarakat menyadari bahwa kehidupan yang berdampingan dengan baik akan menciptakan suasana yang rukun dan damai.

 

4.   Agama

Tingkat ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penduduk desa Pandemulyo sebagian besar beragama Islam ( 99,2 %) dan Budha ( 0,8 % ).

Sarana peribadatan yang di inventarisasi meliputi Masjid dan Wihara.  Pada tahun 2019 jumlah sarana peribadatan berupa Masjid 11 buah , Mushola 2 buah , dan Wihara 1 buah.

 

5.   Pendidikan

Dalam hal pendidikan masyarakat desa Pandemulyo sangat antusias dalam upaya memberikan pendidikan yang layak untuk anak-anaknya. Disamping itu tersedianya sarana pendidikan formal maupun non formal yang cukup memadai dalam rangka meningkatkan kualitas peserta didik, Pemerintah Desa beserta warga masyarakat melakukan peningkatan sarana pendidikan berupa rehabilitasi sarana pendidikan seperti terlihat dalam tabel berikut:

JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN

NO.

TINGKAT PENDIDIKAN

JUMLAH (jiwa)

1

Tidak/Belum sekolah

804

2

Belum tamat SD/Sederajat

1.241

3

Tamat SD dan sederajad

901

4

Tamat SLTP

502

5

Tamat SLTA

268

6

Diploma I/II

8

7

Diploma 3/Sarjana Muda

10

8

D IV/Strata I

33

 

Jumlah

3.767

JUMLAH SARANA PENDIDIKAN

NO

SARANA PENDIDIKAN

JUMLAH ( BUAH )

1

Taman Kanak-kanak/RA

2

2

Paud

1

3

SD

1

4

MI

1

5

Pondok Pesantren

2

6

Perpustakaan Desa

1

7

TPQ

10

 

6.   Mata Pencaharian

Setiap masyarakat memiliki keinginan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan keluarga. Masing-masing memiliki keahlian dan keterampilan untuk mengusahakan suatu pekerjaan. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi mata pencaharian seseorang.

Sebagai daerah Agraris, masyarakat Desa Pandemulyo sebagian besar mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Secara keseluruhan, luas lahan pertanian maupun perkebunan yang terdapat di Desa Pandemulyo ±310 ha. Lahan pertanian tersebut selain dimiliki oleh masyarakat desa setempat, juga merupakan milik dari masyarakat desa lainnya. Begitupun sebaliknya, sebagian masyarakat desa Pandemulyo juga memiliki lahan pertanian atau perkebunan di desa lain, seperti di Desa Danupayan, Desa Gilingsari, Desa Pagersari, dan sebagainya.

Untuk lebih mengetahui lebih jelas tentang system mata pencaharian masyarakat Desa Pandemulyo, dapat kita lihat dalam tabel berikut :

NO

MATA  PENCAHARIAN

JUMLAH (jiwa)

1

Tani

1064

2

Butuh Tani

739

3

Pengrajin

25

4

Buruh bangunan

116

5

Pedagang

67

6

Pegawai Negeri dan Pensiunan

24

7

TNI

3

8

POLRI

2

9

Pertambangan dan Penggalian

13

10

Angkutan dan Jasa

15

 

Jumlah

2.069

 
Tuk Mulyo ( 1926)
Situs Batu Kasur
Makam Demang Lo 




PENUTUP

Demikian uraian singkat mengenai sejarah Desa Pandemulyo yang dapat kami uraikan. Semoga dapat menjadi acuan sejarah yang bernilai serta menjadi warisan nilai luhur budaya . serta kedepan dapat menjadikan pembelajaran untuk para generasi muda yang ada didesa Pandemulyo.


Deklarasi Desa Anti Korupsi

  Pada hari kamis tanggal 12 September 2024 telah dilaksanakan penandatanganan Pakta Integritas Perangkat Desa Pandemulyo dengan saksikan ol...